Gara-gara jatuh kemarin, ibu merayu-rayu ayah untuk menurunkan springbed dan menggelar kasur menjadi 3 berendengan. Dengan berat hati ayahpun mengabulkan. Walhasil, ibu harus menyiapkan sofa khusus untuk ayah kalau ingin duduk santai sambil nonton tv.
Ternyata setelah didekor ulang, kamar jadi lega dan lebih nyaman. Apalagi kasurnya sampai 3 deret. Wuih! Aku jadi leluasa belajar merangkan dan belajar menyeberangi kasir demi kasur yang tingginya berbeda beberapa centimeter. Kakak dan kakay juga berkali-kali berguling2 tanpa takut jatuh ke lantai... Senangnya...
Ternyata setelah didekor ulang, kamar jadi lega dan lebih nyaman. Apalagi kasurnya sampai 3 deret. Wuih! Aku jadi leluasa belajar merangkan dan belajar menyeberangi kasir demi kasur yang tingginya berbeda beberapa centimeter. Kakak dan kakay juga berkali-kali berguling2 tanpa takut jatuh ke lantai... Senangnya...
merangkak menuntut pemakaian kaki dan
tangan yang berlawanan secara simultan, yaitu: menggerakkan tangan kanan
dengan kaki kiri, diikuti tangan kiri dengan kaki kanan, dan
seterusnya, dalam gerakan timbal-balik. Tiap gerakan seperti ini menuntut pemakaian kedua belahan otak kiri dan kanan dalam sebuah koordinasi neurologis yang kompleks.
‘Berjalan
terlalu dini’ (merangkak terlalu singkat sebelum mulai berjalan) diduga
berhubungan dengan masalah akademis di belakang hari.
“Penelitian terhadap anak-anak yang digolongkan ‘berjalan terlalu dini’
menunjukkan bahwa mereka meraih skor lebih rendah dalam berbagai tes
prasekolah,” kata Dr. Fysh.
Louis Barclay Murphy dan Colleen T.
Small dalam The Baby’s World menjelaskan berbagai pengalaman sensori
bayi, dalam konteks budaya para bayi itu sendiri. Berdasarkan penjelasan
mereka, kita bisa melihat betapa banyak ‘keuntungan langsung’ yang bisa
dirasakan bayi dengan merangkak - selain meningkatnya keterampilan
motorik, tentunya:
1. ‘Memperluas Dunia’
Bayi
perlu memperluas dunia, karena mereka akan semakin terbiasa dengan apa
yang mereka lihat sehari-hari dan bisa bosan. Dengan merangkak, bayi
bisa menggapai, menyentuh, merasakan dan menjulurkan tubuh untuk melihat
dan mendengar sesesuatu yang baru dan menarik. Dengan cara ini, bayi
memelihara minat dan kesenangannya terhadap rangsangan baru – ini sangat
penting untuk perkembangan mental bayi dan kelangsungan hidupnya.
Bayi-bayi yang kurang mendapat ‘nutrisi’ untuk pancainderanya (karena
dunianya tidak diperluas) akan lambat perkembangannya.
2. Mengembangkan ‘Peta-peta Kognitif’
Peta-peta
kognitif (cognitive maps) berkembang begitu anak menyesuaikan diri
mereka dengan lingkungan sekitar. Ketika bayi mulai merangkak dari ruang
yang satu ke ruang lain, mereka belajar menemukan jalan sendiri untuk
mengelilingi rumah. Mereka menciptakan peta kognitif seperti burung dan
tupai menemukan jalan pergi dari dan pulang ke sarang. Bayi yang
merangkak juga bisa menyelidiki lemari-lemari dapur di sepanjang jalur
merangkak. Itu membuat mereka makin menguasai jalur, bahkan mampu
mengubah tiap jalur menjadi tempat mengasyikkan. Semua itu akan
mengembangkan kompetensi dan kemandirian bayi.
3. Mengembangkan kelekatan dengan lingkungan
Proses
pengembangan kelekatan (attachment) bayi dengan sesuatu disebut juga
kanalisasi. ‘Sesuatu’ itu bisa ibunya, selimutnya, mainannya, boks-nya,
makanannya, pakaiannya, dan seterusnya. Bayi yang merangkak bisa
menjalin kelekatan dengan lebih banyak ‘sesuatu’, yang mungkin tidak
didapat jika tidak merangkak: kolong boks (yang ternyata nyaman untuk
sembunyi!), sudut kamar, lemari, meja-kursi, ceruk di antara perabotan,
ruang di balik pintu, dan apa saja yang bisa mereka temukan dalam
setting rumah kita.
4. Menyalurkan hasrat kebebasan
Ada
bayi-bayi enerjik yang kesal jika terkurung dalam kotak bermain atau
kamar. Mereka bisa marah dan melakukan tindakan destruktif: melempar
atau merusak mainan, menendang, memukul, dan sebagainya. Dengan
merangkak, bayi-bayi enerjik tersebut mendapatkan penyalurannya. Hasrat
ingin bebas terpuaskan, energi gerak yang melimpah tersalurkan
(merangkak itu capek, lho!).
5. Memperkaya kehidupan emosi
Merangkak
memberi kesempatan bayi mengalami lebih banyak tantangan dari
lingkungan. Semua itu harus dihadapi oleh bayi dengan segala rasa yang
muncul dalam dirinya – takjub, gembira, bersemangat, sedih, cemas bahkan
takut. Kesuksesan demi kesuksesan yang berhasil dicapai bayi dalam
mengatasi tantangan tersebut akan membangun optimisme bayi.
6. Memperkaya cara-cara untuk menyamankan diri
Bayi
mampu membuat dirinya nyaman dengan berbagai cara. Ada yang mengisap
jari (oral), memandangi gambar-gambar di dinding (visual),
menggosok-gosokkan jari kaki ke mainan (taktil). Dengan merangkak, bayi
bisa memperkaya cara menyamankan diri. Misalnya, merangkak ke kolong
meja dan berbaring menikmati ketersembunyian dirinya dari orang lain
(visual).
7. Memperkaya cara bayi untuk ‘mempengaruhi dunia’
Sebelum
bisa merangkak, bayi mungkin hanya bisa ‘mengulurkan tangan dan menatap
penuh harap’ untuk menyuruh kita menghampiri dan menggendongnya. Dengan
merangkak, bayi bisa menghampiri kita dan lebih ‘memaksa’ kita
menggendongnya segera.
8. Memperkaya kosakata bayi
Sebelum
merangkak, bayi hanya menunggu seseorang menghampiri, menyodorkan
sesuatu dan berkata “Ini boneka beruang…,” lalu belajar menghubungkan
antara sesuatu yang nyata (benda empuk berbulu lembut, berwarna cokelat)
dan gagasan tentang benda tersebut (boneka beruang). Dengan merangkak,
bayi mendapat kesempatan jauh lebih luas untuk menemukan lebih banyak
objek dan mengaitkannya dengan bahasa. Ketika merangkak mencapai kaki
tangga, misalnya, kita berseru “Jangan ke tangga!” Bayi belajar
menghubungkan bahwa yang ada di dekatnya adalah ‘tangga’ dan dia
‘dilarang’ mendekati benda tersebut.
Hm, kalau sebanyak ini keuntungannya, siapa lagi yang berani mengatakan merangkak tidak penting?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar