Hobby Kak Anis; Bikin Surprise buat Ibu

Waktu ibuku ulang tahun. usiaku genap dua bulan satu hari. Hari itu aku tahu karena aku dengar Kakak (panggilan untuk kak Anissa yang kelas 6 SD) dan Kakay (panggilan untuk kak Ariesta yang kelas 3 SD) berteriak di dapur sambil ketawa-tawa.
"Surprise!!"
"Wow jadi kakak sibuk dari tadi bikin tiramisu ini ternyata untuk ibu, ya?" kata ibuku kegirangan. Tiramisu? Wah enak sekali kayaknya. Sayang aku masih bayi, jadi belum boleh mencicipi tiramisu.
Memang kakak suka sekali membuat hadiah dan surprise untuk ibu. Tahun lalu Kakak dan Kakay  juga membuat tiramisu untuk ulang tahun ibu. Diatasnya ditulis; " Happy B'Day Mom". Juga pada waktu Tante Tika (adik ibu) berulang tahun, kata ibu, Kakak dan Kakay membuat black forest dengan hiasan krim dan buah cherry merah di atasnya. Trus begitu Te Tika bangun tidur, mereka masuk kamar sambil membawa black forest itu dan berteriak keras-keras,
"Surprise!!!"
Aduuuh...seandainya aku sudah lahir dan sudah besar waktu itu, aku pasti ikutan dan senang sekali!

Suatu hari, kata Ibu, sebagai kado Hari Ibu 2 tahun lalu, Kakak menyulam sapu tangan putih dengan benang hijau dan manik-manik bertuliskan nama ibuku 'ernisusi'. Bagus loh...
Nah, waktu Hari Ibu Desember lalu, Kakak memberi ibu kado berupa ikat rambut merah berpita biru muda, soalnya sejak aku lahir, ibu selalu mencari karet untuk mengikat poninya agar tidak mengenai wajahku setiap kali menciumku. Kakak juga membuat prakarya bertuliskan nama ibuku dari kain flanel berwarna biru muda, kuning dan hijau. Bagus sekali.
Sekarang Kakak membuat tiramisu lagi, dan Kakay memberi hadiah jepit rambut bergambar Hello Kitty dan bros bunga kristal berwarna merah, yang dibungkus kertas kado berwarna pink. Hmm... kalau aku besar nanti, aku kasih kado apa ya, buat ibuku...? Ingin rasanya cepat besar, trus belajar membuat tiramisu dan menyulam sama Kakak, dan belajar membungkus kado sama Kakay!
Selamat Ulang Tahun, Ibu...

Matahari Mulia Penolong Sesama

Ini catatan ibuku pada detik-detik kelahiranku, Jumat, 19 Nopember 2010 pukul 0730 wib

Aku tidak pernah membayangkan keindahan ini, manakala perawat mendekatkan bayi mungil yang masih basah ke pipiku,
"Ibu, ini putrinya boleh dicium..."
Aku menciumnya meskipun hanya dengan kening karena kepalaku susah bergerak oleh pengaruh bius cesar. Lembut nian. Indah nian. Suara sisa tangis bayek itu terdengar seperti berasal dari alam yang jauh. Aku begitu sulit melukiskan bagaimana rasanya ketika mendengarnya. Anakku. Aku tidak menangis seperti yang biasa kulihat di film-film. Juga tidak ada rasa yang aneh-aneh. Yang ada hanya rasa belum percaya pada akhirnya aku punya bayi juga...

Begitu ibuku menulisnya.
Lain lagi dengan ayahku. Dari cerita Kakak, ayah menangis waktu memotret aku di ruang bayi rumah sakit. Eh, eh, kenapa jadi ayahku yang menangis ya...?
Ayah ibu memberiku nama  Auliazara Anshary Surya.
Artinya Matahari Mulia Penolong Sesama. Maksudnya supaya kalau aku besar nanti menjadi orang yang suka menolong orang lain. Bagus sekali ya...